METODE
BERCERITA PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Sebuah
cerita atau dongeng anak umumnya menyajikan alur dan tutur bahasa yang ringan
dan menyenangkan, sehingga mudah dipahami anak. Gaya bercerita, intonasi,
ekspresi dan pelafalan yang jelas merupakan bagian penting dalam bercerita yang
dapat memudahkan penyerapan dan pemahaman anak akan nilai yang terkandung dalam
cerita atau dongeng tersebut, serta berkembangnya imajinasi anak. Efek fun
dan learning yang terkandung dalam sebuah cerita atau dongeng
merupakan energi, gambaran kekuatan
sebuah cerita. Di samping itu, cara bercerita kita sebagai orang tua tentu
lebih mengentalkan efek tersebut agar lebih disukai anak-anak. Bagaimana
kita bercerita dan kekuatan apa yang terkandung dalam sebuah cerita hingga bisa
memberikan manfaat bagi kepribadian anak?
A.
Pengertian dan Tujuan Metode Bercerita
Metode
bercerita adalah cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan
penerangan kepada anak secara lisan.
Adapun tujuan digunakannnya metode ini adalah:
a.
Melatih daya tangkap anak.
b.
Melatih daya fikir.
c.
Melatih daya konsentrasi.
d.
Membantu perkembangan fantasi/imajinasi anak.
e.
Menciptakan suasana menyenangkan dan akrab di dalam kelas.
Metode ini dapat
digunakan apabila guru hendak memperkenalkan hal-hal yang baru kepada anak.
Umumnya diberikan pada waktu kegiatan penutup.
B.
Teknik Bercerita
Berikut
ini ada beberapa teknik atau cara bercerita yang bisa menjadi pengetahuan dasar
kita bercerita atau mendongeng kepada anak-anak kita.
- Banyak
membaca dari buku-buku
cerita atau dongeng yang benar-benar sesuai untuk anak-anak, serta banyak
membaca dari pengalaman atau kejadian sehari-hari yang pantas diberikan
kepada anak-anak. Banyak membaca akan memperkaya “bank” cerita
kita, sehingga cerita yang kita bacakan lebih variatif dan tidak membuat
anak bosan.
- Biasakan
untuk ngobrol dengan anak karena dengan mengobrol kita bisa mengetahui dan
memahami gaya
bahasa anak kita, istilah yang dia gunakan, serta sejauh mana pemahamannya
akan sesuatu. Dengan menaggapai obrolannya, ceritanya, pembicaraannya,
kita jadi lebih paham apa yang ia sukai dan ia tidak sukai, sehingga
memudahkan kita bercerita kepadanya. Kemauan mendengar merupakan realisasi
dari cinta
dan kasih sayang kita kepadanya.
- Berikan
penekanan pada dialog atau kalimat tertentu dalam cerita yang kita bacakan
atau kita tuturkan, kemudian lihat reaksi anak.
Ini untuk mengetahui apakah cerita kita menarik hatinya atau tidak,
sehingga kita bisa melanjutkannya atau menggantinya dengan cerita yang
lain.
- Ekspresikan
ungkapan emosi
dalam cerita, seperti marah, sakit, terkejut, bahagia,
gembira atau sedih agar anak mengenal dan memahami bentuk-bentuk emosi.
Bila perlu sertakan benda-benda tambahan seperti boneka, bunga atau benda
lain yang tidak membahayakan.
- Berceritalah
pada waktu yang tepat, yaitu di waktu anak kita bisa mendengarkan dengan
baik, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam cerita bisa diserap
dengan baik.
Cara bercerita atau mendongeng erat
kaitannya dengan kekuatan sebuah cerita dalam membangun kepribadian anak. Ada
beberapa unsur cerita yang menjadi kekuatan cerita tersebut. Kekuatan ini
berkaitan dengan isi pesan dan sifat cerita atau dongeng, serta dampak
yang ditimbulkannya, yaitu :
- Sarat
nuansa hiburan yang mendidik
dan keratif bagi anak-anak, sehingga anak merasa senang dan terhibur.
- Mengandung
pesan moral yang dalam dan komprehensif, sehingga cerita bisa dijadikan
cara mendidik yang tanpa disadari anak.
- Adanya
interaksi langsung antara anak dengan orangtuanya, sehingga dapat
mempererat ikatan batin dan menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Hal
ini akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak menjelang dewasa.
- Sebuah
cerita biasanya membuat penasaran, sehingga merangsang rasa ingin tahu
anak akan kelanjutannya dan akhir ceritanya.
- Dongeng
atau cerita merupakan aktivitas rileks yang memang memiliki potensi
konstruktif untuk mendukung tumbuhkembangnya mental dan kepribadian anak,
bahkan memberikan efek menidurkan anak.
- Membentuk
visualisasi anak dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan
seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut,
sehingga dalam bisa melatih kreativitas anak.
Kekuatan cerita harus didukung dengan
kemampuan dan cara kita bercerita, serta jenis cerita yang kita pilih, sehingga
bisa bermanfaat dalam membangun mental dan kepribadian anak.
Sejatinya, ada makna di balik setiap
cerita.
C.
Bentuk-bentuk Bercerita
Setidaknya bentuk bercerita dapat dibagi dua, yaitu:
1.
Bercerita tanpa alat peraga
2.
Bercerita dengan alat peraga tak langsung, yang terbagi antara lain:
-
Bercerita dengan benda tiruan (yang sesuai/persis dengan asli)
-
Bercerita dengan menggunakan gambar-gambar.
-
Bercerita dengan menggunakan papan planel.
-
Story reading.
-
Sandiwara boneka.
1.
BERCERITA TANPA ALAT PERAGA
Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
- Mimik
dan pantomimic jangan terlalu realistis.
- Intonasi
suara.
- Posisi
duduk anak, tiap anak dapat melihat guru (kontak mata).
- Pada
bercerita, susunan cerita tidak terganggu teguran terhadap anak
- Jika
ada anak yang tidak dapat diam, sebaiknya didudukan dekat guru, sehingga mudah
menegur dengan hanya menyentuhnya saja.
2. BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA LANGSUNG
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Ø Guru
memberikan pendahuluan dengan membicarakan alat peraga (memberi penerangan
lebih dulu mengenai objek yang akan diceritakan).
Ø Merapikan
alat peraga/menyimpan.
Ø Mula
cerita.
Ø Isi
cerita mengandung beberapa unsur yang sudah disebut pada pendahuluan.
Ø Mimik,
pantomimic, intonasi suara dan dialog menarik.
Hal-hal tersebut di atas perlu juga untuk cerita
dengan alat peraga tiruan maupun gambar lepas.
3.
BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR-GAMBAR DALAM BUKU
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
·
Alat peraga berupa gambar dalam satu
buku merupakan gambar seri.
·
Sambil bercerita guru memperlihatkan
gambar satu persatu sesuai dengan bagian yang sedang diceritakan.
·
Tiap cerita guru, ditunda untuk
menjelaskan gambar. Hal itu agar dilakukan selancar mungkin, sehingga anak
merasa ceritanya diputus-putus.
·
Gambar hendaknya memenuhi persyaratan.
4.
MEMBACAKAN CERITA ATAU STORY READING
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Alat:
buku cerita bergambar.
- Guru
memberikan pendahuluan dengan memperlihatkan gambar sampul sambil membicarakan
sepintas tentang isi gambar.
- Kemudian
guru membuka buku dan mulai membacakan ceritanya sambil memperlihatkan gambar
pada anak-anak.
- Guru
tidak bebas melakukan gerak gerik.
- Tekanan
nada suara dan mimik guru menjadi alat utama.
- Anak
hendaknya diberi cukup waktu, gambar, sebelum dibalik.
- Posisi
duduk harus diatur sedemikian rupa, dapat di luar atau di dalam kelas.
- Guru
sebaiknya hafal ceritanya, sehingga tidak harus membolak-balik atau merubah
posisi buku untuk membaca teksnya.
- Buku
gambar harus memenuhi persyaratan.
5.
SANDIWARA BONEKA
Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
- Jumlah
boneka disesuaikan dengan usia anak.
- Anak
memerlukan persiapan untuk melihat dan menikmati sandiwara boneka, misalnya
dengan memainkan satu boneka tanpa panggung tanpa cerita tertentu kemudian
meningkat pada pelaksanaan yang lebih sulit dengan jumlah boneka yang lebih
banyak, percakapan lebih panjang, yang merupakan sandiwara boneka yang
sebenarnya.
6.
BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PAPAN PLANEL
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Alat
: papan planel dan guntingan gambar yang ada dalam cerita.
- Sambil
bercerita guru meletakan guntingan gambar tersebut pada papan planel (sambil
bercerita guru membuat adegan-adegan)
- Supaya
tidak membingungkan anak diusahakan tidak terlalu banyak adegan sekaligus di
papan planel.
- Gerak-gerik
pada waktu membuat atau mengganti adegan diusahakan tidak mengganggu konsentrasi
anak atau guru harus tenang.
- Pergantian
adegan jangan terlalu sering.
7.
BERCAKAP-CAKAP BEBAS
- Tidak
perlu alat pergara.
- Tidak
ada topic tertentu yang akan dipercakapkan.
- Guru
memberi pertanyaan yang merangsang anak untuk bercakap-cakap.
- Kemungkinan
percakapan berpindah-pindah dari objek satu ke objek yang lain.
- Dimaksudkan
untuk memberi kesempatan anak untuk berkespresi secara bebas tapi tertib.
- Ucapan-ucapan
yang salah diperbaiki guru secara bijaksana.
8.
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN BERCAKAP-CAKAP DENGAN GAMBAR SERI
- Guru
mengatur posisi duduk anak kemudian menjelaskan apa yang akan dilakukan.
- Menyiapkan
gambar seri dan memperlihatkan kepada anak seluruh gambar.
- Guru
merangsang percakapan anak dengan pertanyaan-pertanyaan secukupnya.
- Anak
aktif mencari hubungan antara gambar-gambar dan membuat kesimpulan dan sedikit
mungkin dibantu oleh guru.
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MELALUI BERCERITA
A. Rasional
Strategi Pembelajaran melalui Bercerita
Metode
bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak.
Metode bercerita merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat
memberikan pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak
secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang
perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK.
Penggunaan
bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran di Taman Kanak-kanak
haruslah memperhatikan hal-hal berikut:
- Isi
cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak TK.
- Kegiatan
bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan
sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh suka cita
- Kegiatan
bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik
dan menarik.
Beberapa
macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain guru dapat membaca
langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku gambar, menggunakan papan
flannel, menggunakan boneka, bermain peran dalam suatu cerita, atau bercerita
dengan menggunakan jari-jari tangan.
Bercerita
sebaiknya dilakukan dalam kelompok kecil untuk memudahkan guru mengontrol
kegiatan yang berlangsung sehingga akan berjalan lebih efektif. Selain itu
tempat duduk pun harus diatur sedemikian rupa, misalnya berbentuk lingkaran
sehingga akan terjalin komunikasi yang lebih efektif.
B. Prosedur
Penerapan Pembelajaran melalui Bercerita
Kegiatan
bercerita merupakan kegiatan yang memiliki manfaat besar bagi perkembangan anak
serta pencapaian tujuan pendidikan. Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita
guru terlebih dahulu harus merancang kegiatan bercerita berupa langkah-langkah
yang harus ditempuh secara sistematis.
Langkah-langkah yang harus
ditempuh oleh guru adalah sebagai berikut:
- Menetapkan
tujuan dan tema cerita.
- Menetapkan
bentuk bercerita yang dipilih.
- Menetapkan
bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita.
- Menetapkan
rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita.
- mengkomunikasikan
tujuan dan tema cerita;
- mengatur
tempat duduk;
- melaksanakan
kegiatan pembukaan;
- mengembangkan
cerita;
- menetapkan
teknik bertutur;
- mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
- Menetapkan
rancangan penilaian kegiatan bercerita.
C. Penerapan
Strategi Pembelajaran melalui Bercerita
Penerapan
strategi pembelajaran melalui bercerita mengacu pada prosedur pembelajaran yang
telah dikembangkan sebelumnya, yaitu:
- Menetapkan
tujuan dan tema cerita.
- Menetapkan
bentuk bercerita yang dipilih.
- Menetapkan
bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita.
- Menetapkan
rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita:
- mengkomunikasikan
tujuan dan tema cerita;
- mengatur
tempat duduk;
- melaksanakan
kegiatan pembukaan;
- mengembangkan
cerita;
- menetapkan
teknik bertutur;
- mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
- Menetapkan
rancangan penilaian kegiatan bercerita.
Tujuan yang
ingin dicapai melalui kegiatan bercerita serta tema yang dipilih oleh guru
menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan lainnya. Guru memiliki kebebasan
untuk menentukan bentuk cerita yang dipilih, sepanjang bisa menggambarkan isi
cerita dengan baik. Bahan dan alat yang dipergunakan dalam kegiatan bercerita
sangat bergantung kepada bentuk cerita yang dipilih sebelumnya.
Pengaturan
tempat duduk, merupakan hal yang patut mendapat perhatian karena pengaturan
yang baik membuat anak merasa nyaman dan dapat mengikuti cerita di samping
teknik bercerita, dan teknik.
Strategi
Pembelajaran Melalui bercerita
a.
Rasional strategi pembelajaran melalui bercerita.
Pencapaian
tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat ditempuh dengan strategi pembelajaran
melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005: 10.6) mengidentifikasi manfaat cerita
bagi anak TK, yaitu sebagai berikut.
·
Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan
dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
·
Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk
menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
·
Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah
pengetahuan social, nilai-nilai moral dan keagamaan.
·
Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan
pengalaman belajar untuk mendengarkan.
·
Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan
untk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
·
Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran
yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan
anak kepada masyarakat.
b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita
Strategi
pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah dimaksud
adalah sebagai berikut.
1)
Menetapkan tujuan dan tema cerita.
2)
Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan membaca
langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel,
dst.
3)
Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai
dengan bentuk bercerita yang dipilih.
4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan
bercerita, yang terdiri dari:
·
menyampaikan tujuan dan tema cerita,
·
mengatur tempat duduk,
·
melaksanaan kegiatan pembukaan,
·
mengembangkan cerita,
·
menetapkan teknik bertutur,
·
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi
cerita.
5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan
bercerita
Untuk
mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan penilaian dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita untuk
mengembangkan pemahaman anak aka isi cerita yang telah didengarkan.